Pilot Tewas Mendadak Saat Terbang

KING Air melayang di ketinggian 10.000 kaki di atas Florida AS

*Penumpang Kendalikan Pesawat
*Hikmah Keniscayaan Cinta Allah

APA yang Anda bayangkan, ketika mengetahui pilot yang sedang menerbangkan pesawat Anda, mendadak meninggal dunia? Padahal, pesawat berada di ketinggian 10.000 kaki dari permukaan laut. Sungguh mustahil bagi manusia, namun tidak mustahil bagi Yang Maha Kuasa.

Tragedi itu terjadi pada pesawat King Air Craft yang terbang di langit FloridaAmerika Serikat, Minggu 12 April 2009 lalu. Pesawat bermesin danda ini memuat lima penumpang, take off dari bandara eksekutif Marco Island.

Menurut pejabat Federal Aviation Administration, pilot pesawat pribadi itu, Joe Cabuk. Ia meninggal setelah take off. Sebelum tewas, pilot sempat mengaktifkan tombol auto-pilot, sehingga pesawat semakin naik ke ketinggian 10.000 kaki.

Doug White  (56) dan keluarganya, penumpang sekaligus pemilik pesawat tersebut, sangat bersyukur karena akhirnya maut bia dihindarkan. Pesawat akhirnya bisa mendarat dengan “mulus” di Soutwest Florida International Airport di Fort Myers.

White terpaksa mengambil alih ruang kokpit ketika pilot Joe Cabuk, tiba-tiba tak sadarkan diri saat mengemudikan pesawat. Meski punya lisensi terbang, White belum pernah menerbangkan pesawat sebesar King Air. “Saya butuh bantuan. Saya perlu berkomunikasi dengan seorang pilot King Air,” tutur White melalui radio.

Kedashyatan Doa

SELAMAT - Mendarat darurat di Soutwest Florida
WHITE kemudian menoleh ke istri dan dua putrinya, “Kalian semua berdoalah.”  Tubuh istri White pun gemetar, anaknya yang berusia 16 belas tahun menangis, dan putrinya yang berumur 18 tahun muntah-muntah. Pria 56 tahun ini perlu waktu sekitar 30 itu perlu waktu sekitar 30 menit untuk mendaratkan pesawat dengan bimbingan seorang pilot King Air.




Pilot tersebut memberi instruksi pada petugas kontrol udara yang secara jelas dan tepat pada White. White memiliki 150 jam terbang dalam beberapa waktu terakhir dengan menerbangkan pesawat mesin tunggal Cessna 172, tapi tak berpengalaman menerbangkan pesawat yang lebih cepat dan lebih besar, seperti King Air.

Dia menyatakan keadaan darurat kepada petugas kontrol udara. Dan, pada Minggu sore tersebut, ia baru belajar cara mendaratkan pesawat berbadan besar. White dan keluarganya saat itu sedang dalam perjalanan pulang dari Pulau Marco. White memiliki pesawat King Air dan menyewakannya melalui perusahaannya, White Equipment Leasing LLC yang berkantor di Archibald, LA.

Lisensi terbang White diperoleh tahun 1990. Namun 18 tahun berlalu tanpa kegiatan terbang, dan dia mulai terbang lagi baru-baru ini. “Saya sangat ketakutan,” kata White. “Dan, saya seperti berada di suatu zona yang tidak bisa saja jelaskan itu ada di mana.”

Sebelum melaporkan kedaan darurat, selama 30 menit White berusaha menyadarkan sang pilot yang diduga mengalami serangan jantung. Namun, upayanya sia-sia. “Ribuan terimakasih untuk petugas kontrol udara,” kata White. “Mereka tidak digaji cukup, dan tidak mendapat penghargaan atas apa yang mereka perbuat,” kata White.


Ikhtiar Terpuji

WALLACE saat evakuasi di Florida
STEVEN Wallace, perwakilan National Air Traffic Controller Association di Miami, AS, mengungkapkan, situasi saat itu sangat mengerikan karena pesawat dalam proses naik ke 10.000 kaki. Sebenarnya pilot sempat masuk ke menara pengontrol udara Miami.

“Petugas kami sore itu menjadi sangat sibuk dan mencoba menjelaskan padanya dan memberinya petunjuk naik, namun dia tidak memberi respon pada kami,” ungkap Wallace. Akhirnya, suara lain muncul di radio yang berasal dari pesawat itu.

Seorang penumpang mengatakan, bahwa pilot telah meninggal dunia dan pesawat yang dikendalikan auto-pilot dalam posisi naik. Lalu, petugas pengendali berusaha mengarahkan agar pesawat dalam posisi normal, sementara penumpang itu menolong untuk menon-aktifkan auto-pilot sampai akhirnya pesawat bisa mendarat di Southwest Florida International Airport, landasan terdekat.


DOUG White lega usai mendarat darurat
“Ini seperti seorang polisi lalu lintas yang tengah berdiri di  tengah jalan raya pada jam sibuk. Lalu lintas di jalan raya itu tidak dapat dihentikan. Pengendali membantu mengendalikan pesawat-pesawat dalam situasi darurat,” kata Wallace.

“Ini memang unik. Petugas pengendali tidak semua tahu cara menerbangkan pesawat. Tapi ketika menemui masalah, dia harus memberi solusi. Maka saat itu kamu harus mengerahkan segala kemampuan dan sumber daya yang ada untuk bekerja sama memecahkan masalah,” jelasnya.

Boleh dibilang landing berjalan mulus, karena penumpang pengganti pilot itu, menjalankan semua instruksi yang diberikan dengan benar. “Ia bekerja seperti profesional senior,” puji Wallace.

Karena Allah

ALLAH semua karena-Nya
KETIKA publik pada tercengang, ustadz sohib saya di Surabaya hanya tersenyum penuh makna. Mengapa? “Ya, begitulah reaksi umum manusia. Kalau kita ini senantiasa beriman pada Allah SWT, tentu tak perlu kelewat takjub. Sebab, semua itu karena atau seizin Allah,” tutur ustadz, santai.
“Pilot mati mendadak di udara, itu akibat kecerobohan kita sendiri. Mengapa? Kita ini terlalu yakin, bahwa maut bisa diramal secara ilmiah. Atau tak mempercayai, bahwa maut bisa menjemput kapan saja. Ya, jadinya terbang tanpa kopilot.. Kalau pun pesawat pribadi, perlu ikhtiar antisipatif, kan?” kata ustadz.

“Namun, kalau Allah menghendaki, berapa pun kopilot yang tersedia, bisa mati semua secara mendadak. Yang harus dipetik pelajaran adalah hikmah para penumpang pesawat King Air itu, dan segenap masyarakat Amerika. Kita yakin ada hikmahnya dalam kehidupan mereka. Mungkin juga bermakna bagi kita semua…Subhanallah…!” seru ustadz, serius.

ALLAH mahakuasa dan penolong
“Percayalah.. naik apapun, dan kapanpun, kalau kita ini senantiasa beriman dan takwah kepada Allah, pasti mendapat perlindungan Allah. Dan, hanya Allah SWT tempat berlindung… Pilot hanya manusia biasa, bisa salah. Atau seperti kejadian di Florida itu, meninggal mendadak,” tutur ustadz. Kita pun jadi teringat tragedi jatuh dan terbakarnya pesawat Garuda di Bandara Adisutjipto Yogyakarta, 7 Maret 2007 lalu.

Ketika itu 22 dari 140 penumpang tewas. Selebihnya mengalami luka bakar, patah tulang dan syok berat, kecuali Din Syamsuddin, sang tokoh sentral Muhammadiyah. Sampai sekarang segar-bugarnya Din dari guncangan dahsyat, kobaran api dan ledakan hebat pesawat, jadi misteri.

“Jawaban bijaknya adalah, semua itu karena Allah SWT,” kata ustadz sohib saya seraya tersenyum.


Sumber : Click Here

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar jika anda berkenan.
karena komentar anda sangat dibutuhkan untuk kemajuan blog ini

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...